Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Rabb yaitu bentuk mashdar, berasal dari “Rabba – Ya Rubbu” yang berarti membuatkan sesuatu dari satu keadaan pada keadaan lain, hingga pada keadaan yang sempurna.
Jadi, Rabb yaitu kata mashdar yang dipinjam untuk fa’il (pelaku). Kata-kata ar-Rabb tidak disebut sendirian, kecuali untuk Tuhan Ta’ala yang menjamin kemaslahatan seluruh makhluk. Adapun jikalau diidhafahkan (ditambahkan kepada yang lain), maka hal itu dapat untuk Tuhan dan dapat untuk lainNya. Seperti Firman Tuhan Ta’ala:
“Tuhamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kau yang dahulu,” (QS Asy-Syuara: 26).
Dikatakan “rabbuddaari” dalam ayat tersebut berarti tuan rumah, pemilik rumah, atau pemilik kuda, dan diantaranya lagi dalah perkataan Nabi Yusuf alaihissalam yang difirmankan oleh Tuhan Ta’ala:
“Dan Yusuf Berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat diantara mereka berdua: "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu." Maka syaitan mengakibatkan beliau lupa menandakan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah beliau (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS Yusuf: 42).
Dan Firman Tuhan Ta’ala:
“Raja berkata: "Bawalah beliau kepadaku." Maka tatkala utusan itu tiba kepada Yusuf, berkatalah Yusuf: "Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang Telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha mengetahui kebijaksanaan kancil mereka.” (QS Yusuf: 50).
“Hai kedua penghuni penjara: "Adapun salah seorang diantara kau berdua, akan memberi minuman tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi Maka ia akan disalib, kemudian burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah diputuskan masalah yang kau berdua menanyakannya (kepadaku).".” (QS Yusuf: 41).
Rasulullah bersabda dalam hadist “unta yang hilang,”
“sampai sang pemilik menemukannya.”
Maka jelaslah bahwa kata Rabb diperuntukkan untuk Allah, jikalau ma’rifat dan mudhaf, sehingga kita menyampaikan misalnya: “Rabbu” (Tuhan Allah), “Rabbul’alamiin” (Penguasa semesta alam), atau “Rabbunnas” (Tuhan manusia).
Dan tidak diperuntukkan kepada selain Tuhan Ta’ala kecuali jikalau diidhafahkan, misalnya: “Rabbuddaar” (tuan rumah), atau “Rabbul ibiil” (pemilik unta), dan lainnya.
Makna “Rabbul’alamiin” yaitu Tuhan Ta’ala Pencipta alam semesta, Pemilik, Pengurus, dan Pembimbing mereka dengan segala nikmatNya, serta dengan mengutus para rasulNya, menurunkan kitab-kitabNya, dan Pemberi akibat atas segala perbuatan makhlukNya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Bahwa konsekuensi rububiyah yaitu adanya perintah dan larangan kepada hamba, membalas yang berbuat baik dengan kebaikan, serta menghukum yang jahat atas kejahatannya.” Wallahu’alam bish shawwab.
0 Response to "Pengertian Rabb Dalam Al-Quran Dan As-Sunnah"
Posting Komentar