Akidah Islam: Syarat-Syarat Dua Kalimat Syahadat


Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
A. Syarat-syarat Laa Ilaa Ha Ilallah
Bersaksi dengan “Laa Ilaa Ha Ilallah” harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu maka syahadat tidak akan bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya. Secara global, tujuh syarat itu adalah:

1. ‘Ilmu (Mengetahui), yang menafikkan jahl (kebodohan)
2. Yaqin (Meyakini), yang menafikkan syak (keraguan)
3. Qabul (Menerima), yang menafikkan radd (penolakan)
4. Inqiyad (Mematuhi), yang menafikkan tark (meninggalkan)
5. Shidq (Jujur),yang menafikkan kadzib (mendustakan)
6. Ikhlas (Ikhlas), yang menafikkan syirik
7. Mahabbah (Mencintai), yang menafikkan baghdha’ (kebencian).

Ada pun rinciannya ialah sebagai berikut:

Syarat Pertama: ‘Ilmu (Mengetahui)
Artinya, memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikkan ketidaktahuannya dengan hal tersebut.

Allah berfirman:
“...akan tetapi (orang yang sanggup memberi syafaat ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakininya,” (QS Az-Zukhruf: 86).

Maksudnya, orang yang bersaksi dengan laa ilaaha ilallah dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

Syarat Kedua: Yaqin (Meyakini)
Artinya, orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya, maka sia-sia belaka persaksian itu.

Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Tuhan dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu...” (QS Al Hujurat: 15).

Kalau ia ragu, maka ia menjadi munafik. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Tuhan dengan hati yang meyakinya, maka berilah kabar bangga dengan (balasan) surga,” (HR Al-Bukhari).

Maka siapa saja yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk surga.

Syarat Ketiga: Qabul (Menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat, menyembah Tuhan semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.

Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak mendapatkan dan menaati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, ‘Laa ilaha ilallah” (Tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata, ‘Apakah sebenarnya kami harus meninggalkan sesembahan kami lantaran seorang penyair gila?” (QS Ash-Shaffat: 35-36).

Ini menyerupai halnya penyembah kuburan cukup umur ini. Mereka mengikrarkan laa ilaha ilallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian, mereka belum mendapatkan makna laa ilaha ilallah.

Syarat Keempat: Inqiyad (Mematuhi)
Mematuhi di sini maksudnya ialah tunduk dan patuh terhadap kandungan makna syahadat. Tuhan berfirman:

Dan barangsiapa menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang beliau orang yang berbuat kebaikan, maka sebenarnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh,” (QS Luqman: 22).

Al-Urwatul wutsqa ialah laa ilaha ilallah. Dan makna yuslim wajhahu ialah yanqadu (patuh, pasrah).

Syarat Kelima: Shidq (Jujur)
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia ialah munafik dan pendusta.

Allah berfirman:

“Di antara insan ada yang mengatakan, ‘Kami beriman kepada Tuhan dan Hari Kemudian,’ padahal mereka itu sebenarnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Tuhan dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, kemudian ditambah penyakitnya oleh Alllah; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta,” (QS Al-Baqarah: 8-10).

Syarat Keenam: Ikhlas
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak bermaksud untuk mendapatkan isi dunia, riya’, atau sum’ah tatkala mengucapkannya. Dalam hadist ‘Itban, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya Tuhan mengharamkan neraka atas orang-orang yang mengucapkan laa ilaaha ilallah lantaran ia menginginkan ridha Allah,” (HR Bukhari dan Muslim).

Syarat Ketujuh: Mahabbah (Mencintai)
Maksudnya menyayangi kalimat ini serta isinya, juga menyayangi orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Allah berfirman:

“Dan di antara insan ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alah; mereka mencintainya sebagaimana mereka menyayangi Alllah. Ada pun orang-orang yang beriman, mereka sangat cinta kepada Allah,” (QS Al-Baqarah: 165).

Maka andal tauhid menyayangi Tuhan dengan cinta yang ikhlas bersih. Sedangkan andal syirik menyayangi Tuhan dan menyayangi yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan Laa Ilaa Ha Ilallah.

B. Syarat Syahadat Muhammadarrasulullah
1. Mengakui kerasulannya dan meyakini di dalam hatinya

2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan

3. Mengikutinya dengan mengamalkan fatwa kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya

4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang

5. Mencintai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua, serta seluruh umat manusia

6. Mendahulukan sabdanya dari segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya.

0 Response to "Akidah Islam: Syarat-Syarat Dua Kalimat Syahadat"

Posting Komentar