Akidah Islam: Pengertian Rabb Berdasarkan Pandangan Umat Yang Sesat


Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala membuat insan dengan fitrah mengakui tauhid serta mengetahui Rabb Sang Pencipta. Firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Yang Mahakuasa yang Telah membuat insan berdasarkan fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan insan tidak mengetahui[1168]," (QS Ar-Ruum: 30).


[1168]  fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. insan diciptakan Yang Mahakuasa mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. bila ada insan tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara imbas lingkungan.

"Dan (ingatlah), dikala Tuhanmu mengeluarkan keturunan bawah umur Adam dari sulbi mereka dan Yang Mahakuasa mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) biar di hari simpulan zaman kau tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) yaitu orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)," (QS Al-A’raf: 172).


Jadi, mengakui Rububiyah Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala dan menerimannya yaitu sesuatu yang fitra (natural). Sedangkan syirik yaitu unsur yang tiba kemudian. Baginda Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:

Setiap bayi dilahirkan atas dasar fitrah, maka kedua orang tua-nyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Seandainya seorang insan diasingkan dan dibiarkan fitrahnya, niscaya ia akan mengarah kepada tauhid yang dibawa oleh para Rasul, yang disebutkan oleh kitab-kitab suci dan ditunjukkan oleh alam. Akan tetapi, bimbingan yang menyimpang dan lingkungan yang atheis itulah faktor penyebab yang mengubah pandangan si bayi. Dari sanalah seorang anak insan mengikuti bapaknya dalam kesesatan dan penyimpangan.

Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam hadist qudsi:

Aku ciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus bersih, maka setanlah yang memalingkan mereka,” (HR Muslim dan Ahmad).

Maksudnya, memalingkan mereka kepada berhala-berhala dan menimbulkan mereka itu sebagai yang kuasa selain Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Maka mereka jatuh dalam kesesatan, keterasingan, perpecahan, dan perbedaan, alasannya masing-masing kelompok mempunyai yang kuasa sendiri-sendiri. Sebab, dikala mereka berpaling dari Tuhan yang haq, maka mereka akan jatuh ke dalam tuhan-tuhan palsu. Sebagaimana Firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala:

"Maka (Zat yang demikian) Itulah Yang Mahakuasa Tuhan kau yang Sebenarnya; Maka tidak ada sehabis kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kau dipalingkan (dari kebenaran)?" (QS Yunus: 32).

Kesesatan itu tidak mempunyai batas dan tepi. Dan itu niscaya terjadi pada diri orang-orang yang berpaling dari Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Firman-Nya,

“(30)Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Yang Mahakuasa yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (40) Kamu tidak menyembah yang selain Yang Mahakuasa kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang kau dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Yang Mahakuasa tidak menurunkan suatu keteranganpun perihal nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. beliau Telah memerintahkan biar kau tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan insan tidak mengetahui," (QS Yusuf: 39-40).

Dan syirik dalam tauhid rububiyah, yakni dengan tetapkan adanya dua pencipta yang serupa dalam sifat dan perbuatannya, yaitu mustahil. Akan tetapi, sebagian kaum musrikin meyakini bahwa tuhan-tuhan mereka mempunyai sebagian kekuasaan dalam alam semesta ini. Setan telah mempermainkan mereka dalam menyembah tuhan-tuhan tersebut, dan setan mempermainkan setiap kelompok insan berdasarkan kemampuan nalar mereka.

Ada sekelompok orang yang diajak untuk menyembah orang-orang yang sudah mati dengan jalan membuat patung-patung mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh Alaihissalam.

Ada pula sekelompok lain yang membuat berhala-berhala dalam bentuk planet-planet. Mereka menganggap planet-planet itu mempunyai imbas terhadap alam semesta dan isinya. Maka mereka berbagi rumah-rumah untuknya serta memasang juru kuncinya. Mereka pun berselisih pandang perihal penyembahannya; ada yang menyembah matahari, ada yang menyembah bulan dan ada pula yang menyembah planet-planet lain, hingga mereka membuat piramida-piramida, dan masing-masing planet ada piramidanya sendiri-sendiri.

Ada pula golongan yang menyembah api, yaitu kaum Majusi. Juga ada yang menyembah sapi, menyerupai yang ada di India; kelompok yang menyembah malaikat, kelompok yang menyembah pohon-pohon dan kerikil besar, juga ada yang menyembah makam atau kuburan yang dikeramatkan.

Semua itu penyebabnya alasannya mereka membayangkan dan menggambarkan benda-benda tersebut mempunyai sebagian sifat-sifat rububiyah.

Ada pula yang menganggap berhala-berhala itu mewakili hal-hal yang ghaib. Imam Ibnul Qayyim berpendapat,

Pembuatan berhala pada mulanya yaitu penggambaran terhadap yang kuasa yang ghaib, kemudian mereka membuat patung berdasarkan bentuk dan rupa sesuatu yang dipertuhankan biar bisa menjadi wakilnya serta mengganti kedudukannya. Kalau tidak begitu, maka bahu-membahu setiap orang yang berakal tidak mungkin akan memahat patung-patung dengan tangannya sendiri kemudian meyakini dan menyampaikan bahwa patung-patung pahatannya sendiri itu yaitu yang kuasa sembahannya,” (Ibnul Qayyim dalam Ighatsah al-Lahfan, II, hal. 220).

Begitu pula para penyembah kuburan, baik dahulu maupun sekarang, mereka mengira orang-orang mati itu sanggup membantu mereka, juga sanggup menjadi mediator antara mereka dengan Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala dalam pemenuhan hajat-hajat mereka. Mereka mengatakan,

"Ingatlah, Hanya kepunyaan Allah-lah agama yang higienis (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Yang Mahakuasa (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Yang Mahakuasa dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Yang Mahakuasa akan tetapkan di antara mereka perihal apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Yang Mahakuasa tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar,” (QS Az-Zumar: 03).

"Dan mereka menyembah selain daripada Yang Mahakuasa apa yang tidak sanggup mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "mereka itu yaitu pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kau mengabarkan kepada Yang Mahakuasa apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"[678] Maha Suci Yang Mahakuasa dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu)," (QS Yunus: 18).

[678]  kalimat Ini yaitu olok-olokan terhadap orang-orang yang menyembah berhala, yang menyangka bahwa berhala-berhala itu sanggup memberi syafaat Allah.

Sebagaimana halnya sebagian kaum musyrikin Arab dan Kristen mengira tuhan-tuhan mereka yaitu bawah umur Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Kaum musyrikin Arab menganggap malaikat yaitu bawah umur wanita Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Orang Kristen menyembah Isa Alaihissalam atas dasar anggapan bahwa ia yaitu anak pria Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu’alam bish shawwab.

0 Response to "Akidah Islam: Pengertian Rabb Berdasarkan Pandangan Umat Yang Sesat"

Posting Komentar