Akidah Islam: Tauhid Rububiyah Mengharuskan Adanya Tauhid Uluhiyah



Oleh Syeikh Shalih Fauzan Al-Fauzan
Hal ini berarti siapa yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali Alah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak mendapatkan ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah. Dan itulah tauhid uluhiyah.

Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, sebab ilah maknanya ialah ma’bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam doa kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pinjaman kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan kawasan bergantung kecuali Dia, dilarang menyembelih kurban atau bernazar kecuali untukNya, dan dilarang mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.

Jadi, tauhid rububiyah ialah bukti wajibnya tauhid uluhiyah. Karena itu, seringkali Yang Mahakuasa membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah:

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, biar kau bertakwa. Dialah yang menyebabkan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; sebab itu janganlah kau Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal kau mengetahui,” (Al-Baqarah: 21-22).

[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Yang Mahakuasa menyerupai berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyembahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap insan dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka kalau menyekutukan Yang Mahakuasa dengan yang lainNya; dari benda-benda ataupun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak sanggup berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.

Maka jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah ialah berdasarkan tauhid rububiyah. Karena insan pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber manfaan dan kemudharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara bertaqarrub kepadaNya, cara-cara yang sanggup membuat ridhaNya dan menguatkan relasi antara dirinya dengan Tuhannya. Maka tauhid rububiyah ialah pintu gerbang dari tauhid uluhiyah. Karena itu, Yang Mahakuasa berhujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga memerintahkan RasulNya untuk berhujjah atas mereka menyerupai itu. Yang Mahakuasa berfirman:

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, kalau kau mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kau tidak ingat?" Katakanlah: "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka Apakah kau tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang sanggup dilindungi dari (azab)-Nya, kalau kau mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kau ditipu?" (QS Al-Mu’minun: 84-89).

(yang mempunyai sifat-sifat yang) demikian itu ialah Yang Mahakuasa Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia ialah pemelihara segala sesuatu,” (QS Al-An’am: 102).

Dia berdalil dengan tauhid rububiyahNya atas hakNya untuk disembah. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi tujuan dari penciptaan manusia. Yang Mahakuasa berfirman:

dan saya tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku,” (QS Adz-Dzariyat: 56).

Arti يَعْبُدُونِ ialah mentauhidkanKu dalam ibadah. Seorang hamba tidaklah menjadi seorang muwahhid hanya dengan mengakui tauhid rububiyah semata, tetapi ia harus mengakui tauhid uluhiyah serta mengamalkannya. Kalau tidak, maka bekerjsama orang musyrik pun mengakui tauhid rububiyah, tetapi hal ini tidak membuat mereka masuk ke dalam Islam, bahkan Rasulullah memerangi mereka. Padahal mereka mengakui bahwa Yang Mahakuasa ialah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Yang Mahakuasa berfirman:

dan sungguh kalau kau tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang membuat langit dan bumi?", pasti mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,” (QS Az-Zukruf: 9).

dan sungguh kalau kau bertanya kepada mereka: "Siapakah yang membuat mereka, pasti mereka menjawab: "Allah", Maka Bagaimanakah mereka sanggup dipalingkan (dari menyembah Yang Mahakuasa )?,” (QS Az-Zukruf: 87).

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) telinga dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689] dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka Katakanlah "Mangapa kau tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS Yunus: 31).

[689] Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan sanggup juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat ialah berdasarkan aturan Allah.

Hal semacam ini berbagai dikemukakan dalam Al-Quran. Maka barangsiapa mengira bahwa tauhid itu hanya meyakini wujud Allah, atau meyakini bahwa Yang Mahakuasa ialah al-Khaliq Yang Mengatur alam, maka bekerjsama orang tersebut belumlah mengetahui hakikat yauhid yang dibawa oleh para rasul. Karena bekerjsama ia mengakui sesuatu yang diharuskan, dan meninggalkan sesuatu yang mengharuskan, atau berhenti hanya hingga pada dalil tetapi ia meninggalkan isi dan inti dari dalil tersebut.

Di antara kekhususan ilahiyah ialah kesempurnaanNya yang mutlak dalam segala segi, tidak ada cela atau kekurangan sedikit pun. Ini mengaharuskan semua ibadah mesti tertuju kepadaNya, pengagungan, penghormatan, rasa takut, doa, pengharapan, taubat, tawakkal, minta pinjaman dan penghambaan dengan rasa cinta yang paling dalam, semua itu wajib secara akal, syara, dan fitrah biar ditujukan khusus kepada Yang Mahakuasa semata. Juga secara akal, syara, fitrah, mustahil hal itu boleh ditujukan kepada selainNya.

0 Response to "Akidah Islam: Tauhid Rububiyah Mengharuskan Adanya Tauhid Uluhiyah"

Posting Komentar