Pilar-Pilar Ibadah Yang Benar Berdasarkan Kaidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah


Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar utama, yakni hubb (cinta), khauf (takut) dan raja’ (harap).

Rasa cinta harus dibarengi dengan perilaku rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur tersebut. Tuhan Subhanahu Wa Ta’ala berfirman ihwal sifat hamba-hambaNya yang mukmin:

“Dia mengasihi mereka dan mereka mencintaiNya,” (QS Al-Maidah: 54).

“Ada pun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah,” (QS Al-Baqarah: 165).

“Sesungguhnya mereka ialah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka ialah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami,” (QS Al-Anbiya: 90).

Sebagian salaf berkata, “Siapa yang menyembah Tuhan dengan rasa hubb (cinta) saja, maka ia termasuk zindiq,[i] siapa yang menyembahNya dengan rodja’ (harap) saja, maka ia ialah murji’,[ii] dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf (takut) saja, maka ia ialah harury,[iii] dan siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia ialah mukmin muwahhid. Hal ini disebutkan oleh Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah Ubudiyah. Beliau juga berkata:

“Din Tuhan ialah menyembahNya, taat dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah ialah adz-dzull (hina). Dikatakan مُعَبَدٌ طَرِيْقٌ bila jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi, ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb, yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya.

Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Dan bila ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba (menyembah) kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mengasihi anak atau rekannya.

Karena itu, tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Tuhan lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Tuhan lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak menerima mahabbah (cinta) dan khudhu’ (ketundukan) yang tepat selain Allah.[iv] Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal ibadah.

Ibnul Qayyim berkata dalam Nuniyah karyanya:

“Ibadah kepada ar-Rahman ialah cinta yang dalam kepadanya beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini ialah mirip dua kutub.

Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar hingga kedua kutub itu bangkit tegak.

Sumbunya ialah perintah, perintah RasulNya, bukan hawa nafsu dan setan.”

Ibnul Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintainya, yaitu Tuhan dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah ialah menurut perintah rasul dan syariatnya, bukan menurut hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyariatkan baginda Rasul itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid’ah, nafsu, dan khurafat.


[i] Zindiq ialah istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid.
[ii] Murji’ ialah orang Murji’ah, yaitu golongan yang menyampaikan bahwa amal bukan bab dari iman. Iman hanya dengan hati.
[iii] Harury ialah orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harrurro, erat Kuffah, yang berkeyakinan bahwa mukmin yang berdosa ialah kafir.
[iv] Majmu’ah Tauhid Najdiyah, Hal. 542

0 Response to "Pilar-Pilar Ibadah Yang Benar Berdasarkan Kaidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah"

Posting Komentar