Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia,” (QS An-Nisa: 5-6).
Terkait ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥ apakah ayat ini khusus untuk insan sebagaimana yang nampak terang dari sisi redaksinya, atau berlaku umum untuk golongan insan dan golongan jin? Dalam hal ini terdapat dua pendapat; 1) Khusus insan atau 2) termasuk juga golongan jin.
Menurut pendapat yang kedua, golongan jin termasuk ke dalam kata الناس (manusia) dalam konteks generalisasi. Ibnu Jarir berkata (mendukung pendapat kedua), “Dalam Al-Quran disebutkan kata رجال من الجن (beberapa pria dari golongan jin). Kata رجال telah dipakai pada mereka (jin) (padahal kata rijaalun biasanya dipakai untuk manusia), maka tidak menjadi duduk masalah memakai kata an-naas “manusia” untuk golongan jin.
Selanjutnya, Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦
“Dari (golongan) jin dan manusia,” (QS An-Naas: 6).
Ayat ini menjelaskan kata الناس (manusia) pada ayat, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” Jadi, Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala menjelaskan siapa yang membisikkan kejahatan tersebut dengan firmanNya, “Dari (golongan) jin dan manusia.” Tafsir ini memperkuat pendapat yang kedua (yang menyampaikan bahwa lafaz الناس dalam ayat kelimat berlaku umum untuk jin dan juga manusia).
Ada yang beropini bahwa ayat, “Dari (golongan) jin dan manusia” merupakan tafsir dari lafaz الذي (yang) membisikkan kejahatan ke dalam dada insan (jadi yang membisikkan kejahatan pada insan ada dua; jin dan manusia). Pendapat ini didasarkan pada firman Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ ...١١٢
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, adalah syaitan-syaitan (dari jenis) insan dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia),” (QS Al-An’am: 112).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Seseorang tiba kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam kemudian mengadu, ‘Wahai Rasulullah, bergotong-royong saya benar-benar berbicara dengan sesuatu (kepada diriku) di mana tersungkurnya saya dari langit lebih saya sukai daripada berbicara dengannya.”
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pun bersabda,
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ
“Allah Mahabesar, Tuhan Mahabesar. Segala puji bagi Tuhan yang telah mengembalikan kebijaksanaan kancil (setan itu) kepada bisikan (saja),” (HR Ahmad, 1: 235 dan Abu Dawud: 5112, Shahih berdasarkan Al-Albani).
0 Response to "Tafsir Al-Quran Surat An-Naas #3 – Jin & Manusia, Dibisiki & Membisiki"
Posting Komentar