Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Katakanlah, "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Yang Mahakuasa yaitu Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula-diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan latar belakang penurunannya. Ikrimah menyampaikan bahwa saat orang-orang Yahudi berkata, "Kami menyembah Uzair anak Allah," dan orang-orang Kristen mengatakan, "Kami menyembah Al-Masih putra Allah", dan orang-orang Majusi mengatakan, "Kami menyembah matahari dan bulan", dan orang-orang musyrik mengatakan, "Kami menyembah berhala," maka Yang Mahakuasa menurunkan firman-Nya kepada Rasul-Nya:
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ}
"Katakanlah.”Dialah Yang Mahakuasa Yang Maha Esa," (Al-Ikhlas: 1)
Yakni Dialah Tuhan Yang Satu, Yang Esa, Yang tiada tandingan-Nya, tiada pembantu-Nya, tiada lawan-Nya, tiada yang serupa dengan-Nya, dan tiada yang setara dengan-Nya. Lafaz ini dihentikan dikatakan secara i'sbat terhadap seseorang kecuali hanya Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala Karena Dia Mahasempurna dalam segala sifat dan perbuatan-Nya.
Firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala:
{اللَّهُ الصَّمَدُ}
Allah yaitu Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2)
Ikrimah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah yang bergantung kepada-Nya semua makhluk dalam kebutuhan dan sarana mereka.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari lbnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah Tuhan Yang Mahasempurna dalam perilaku-Nya, Mahamulia yang Mahasempurna dalam kemuliaan-Nya, Mahabesar yang Mahasempurna dalam kebesaran-Nya, Maha Penyantun yang Mahasempurna dalam sifat penyantun-Nya, Maha Mengetahui yang Mahasempurna dalam pengetahuan-Nya, dan Mahabijaksana yang Mahasempurna dalam kebijaksanaan-Nya. Dialah Yang Mahakuasa Yang Mahasempurna dalam kemuliaan dan akhlak-Nya. Dan hanya Dialah Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala yang berhak mempunyai sifat ini yang tidak layak bagi selain-Nya. Tiada yang sanggup menyamai-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya, Mahasuci Yang Mahakuasa Yang Maha Esa lagi Mahamenang.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Syaqiq, dari Abu Wa'il sehubungan dengan makna firman-Nya: yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Al-lkhlas: 2) yaitu Tuhan Yang akhlak-Nya tiada yang menandingi-Nya.
=============
Firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala
{لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ}
Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 3-4)
Dia tidak beranak, tidak punya orang tua, dan tidak mempunyai istri.
Mujahid menyampaikan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas: 4) Yakni tiada beristri; hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
بَدِيعُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ
Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak, padahal Dia tidak mempunyai istri, Dia membuat segala sesuatu. (Al-An'am: 101)
Yaitu Dialah Yang mempunyai segala sesuatu dan Yang Menciptakannya, maka mana mungkin Dia mempunyai tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang menyamai-Nya atau mendekati-Nya, Mahatinggi lagi Mahasuci Yang Mahakuasa dari semuanya itu. Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala telah berfirman:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَداً لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئاً إِدًّا تَكادُ السَّماواتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبالُ هَدًّا أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمنِ وَلَداً وَما يَنْبَغِي لِلرَّحْمنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَداً إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّماواتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمنِ عَبْداً لَقَدْ أَحْصاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ فَرْداً
Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kau telah mendatangkan sesuatu masalah yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah alasannya yaitu ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, alasannya yaitu mereka mendakwa Yang Mahakuasa Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan tiba kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Yang Mahakuasa telah memilih jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan tiba kepada Yang Mahakuasa pada hari final zaman dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 88-95)
Dan firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَداً سُبْحانَهُ بَلْ عِبادٌ مُكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
Dan mereka berkata, " Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak, " Mahasuci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) yaitu hamba-hamba Yang Mahakuasa yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al-Anbiya: 26-27)
Dan firman Yang Mahakuasa Subhanahu Wa Ta'ala:
{وَجَعَلُوا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ}
Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Yang Mahakuasa dan antara jin. Dan bahwasanya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka). Mahasuci Yang Mahakuasa dari apa yang mereka sifatkan. (Ash-Shaffat: 158-159)
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan:
«لَا أَحَدَ أَصْبَرُ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يَجْعَلُونَ لَهُ وَلَدًا وَهُوَ يَرْزُقُهُمْ وَيُعَافِيهِمْ»
Tiada yang lebih sabar daripada Yang Mahakuasa terhadap perlakuan yang menyakitkan: bahwasanya mereka menganggap Yang Mahakuasa beranak, padahal Dialah yang memberi mereka rezeki dan kesejahteraan.
قَالَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعيدَني كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلِيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ. وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ".
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Anak Adam telah mendustakan Aku — padahal Yang Mahakuasa tidak pernah berdusta— dan anak Adam mencaci maki Aku —padahal tidak layak baginya mencaci maki Dia—. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang menyampaikan bahwa Dia tidak akan mengembalikanku hidup kembali. Sebagaimana Dia menciptakanku pada permulaan —padahal penciptaan pertama itu tidaklah lebih gampang bagi-Ku dari pada mengembalikannya—. Dan adapun caci makinya kepada-Ku ialah ucapannya yang menyampaikan bahwa Yang Mahakuasa mempunyai anak. Padahal Aku yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku tidak beranak dan tidak diperanakan, dan tidak ada yang setara dengan-Ku.
Demikianlah final tafsir surat Al-lkhlas, segala puji bagi Yang Mahakuasa atas limpahan karunia-Nya.
Sumber: Sahih Tafsir Ibnu Katsir
0 Response to "Tafsir Qs Al-Ikhlas 1-4: Allah Satu, Tidak Beranak, Tidak Punya Orang Tua, Tidak Tertandingi"
Posting Komentar