Oleh Syeikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٨٠
"Hanya milik Tuhan asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan menerima akibat terhadap apa yang telah mereka kerjakan," (QS Al-A’raaf: 180).
Ayat di atas mempunyai kandungan pesan yang tersirat antara lain:
1. Menetapkan nama-nama (asma’) untuk Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala, maka barangsiapa yang menafikkan bahwa Tuhan mempunyai asma ul husna, berarti ia telah menafikkan apa yang telah ditetapkan Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala dan juga berarti ia telah menentang aturan Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala.
2. Bahwasanya asma’ Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala semuanya ialah husna atau sangat baik alasannya ialah mengandung makna dan sifat-sifat yang tepat tanpa kekurangan dan cacat sedikit pun. Asma ul husna bukanlah sekedar nama-nama kosong yang tidak bermakna atau tidak mengandung arti.
3. Sesungguhnya Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kita untuk berdoa dan bertawassul kepadaNya dengan nama-namaNya. Maka hal ini mengatakan keagunganNya serta kecintaan Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala kepada doa yang disertai dengan menyebut nama-namaNya.
4. Bahwasanya Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala mengancam orang-orang yang ilhad dalam asma’-Nya dan Dia akan membalas perbuatan mereka yang jelek itu.
Ilhad berdasarkan bahasa berarti الميل atau condong. Ilhad di dalam asma’ Allah Subhanahu Wa Ta'ala berarti menyelewengkannya dari makna-makna agung yang dikandungnya kepada makna-makna batil yang tidak dikandungnya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang menakwilkannya dari makna-makna bahwasanya kepada makna yang mereka ada-adakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَٰنَۖ أَيّٗا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَلَا تَجۡهَرۡ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتۡ بِهَا وَٱبۡتَغِ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلٗا ١١٠
"Katakanlah: "Serulah Tuhan atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kau seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kau mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu," (QS Al-Israa’: 110).
Diriwayatkan bahwa salah seorang musryik mendengar baginda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam sedang mengucapkan dalam sujudnya, “Ya Allah, yaa Rahman.” Maka ia berkata, “Muhammad mengaku bahwa ia hanya menyembah satu tuhan, padahal ia memohon kepada dua tuhan.” Maka Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan ayat di atas.
Demikian menyerupai yang disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir. Maka Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala menyuruh hamba-hambaNya untuk memanjatkan doa kepadaNya dengan menyebut nama-namaNya sesuai dengan keinginannya. Jika mereka mau, mereka boleh memanggil “Yaa Allah,” dan bila mereka menghendaki boleh memanggil “Yaa Rahman” dan seterusnya. Hal ini mengatakan tetapnya nama-nama Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala dan bahwa masing-masing nama-nama tersebut sanggup dipakai untuk berdoa sesuai dengan maqam dan suasanyanya, alasannya ialah semuanya ialah husna.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ ٨
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)" (QS Thahaa: 8).
هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٢٤
"Dialah Tuhan Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS Al-Hasyr: 24).
Maka barangsiapa yang menafikkan asma Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala berarti ia telah berada di atas jalan orang-orang musryik sebagaimana firman Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱسۡجُدُواْۤ لِلرَّحۡمَٰنِ قَالُواْ وَمَا ٱلرَّحۡمَٰنُ أَنَسۡجُدُ لِمَا تَأۡمُرُنَا وَزَادَهُمۡ نُفُورٗا۩ ٦٠
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Sujudlah kau sekalian kepada yang Maha Penyayang", mereka menjawab: "Siapakah yang Maha Penyayang itu? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kau perintahkan kami(bersujud kepada-Nya)?", dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman)" (QS Al-Furqan: 60).
Dan termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Tuhan Subhanahu Wa Ta'ala:
... وَهُمۡ يَكۡفُرُونَ بِٱلرَّحۡمَٰنِۚ قُلۡ هُوَ رَبِّي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ عَلَيۡهِ تَوَكَّلۡتُ وَإِلَيۡهِ مَتَابِ ٣٠
“...padahal mereka kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Katakanlah: "Dialah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya saya bertawakkal dan hanya kepada-Nya saya bertaubat" (QS Ar-Ra’du: 30).
Maksudnya, yang kalian kufuri ini ialah Tuhanku, saya meyakini rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa sifatNya. Maka hal ini mengatakan bahwa rububiyah dan uluhiyah mengharuskan adanya asma wa sifat dan juga bahwa sesuatu yang tidak mempunyai asma wa sifat tidaklah layak menjadi Rabb dan Illah. Wallahu’alam bish shawwab.
0 Response to "Pengantar Memahami Asma Ul Husna"
Posting Komentar